Hari pertama pembuatan rumah Mbah Petir di Tiban 1.
BAGAIMANA cara membuat rumah yang cepat, murah dan kualitas terjamin? Itulah mungkin yang selalu menjadi inti persoalan bagi para ahli, arsitek, maupun praktisi bangunan untuk bisa selalu eksis dalam kerasnya persaingan di era sekarang.

Para ahli pun tak berhenti memeras pikiran dengan melakukan kajian dan penelitian secara ilmiah, guna menjawab persoalan yang kian kompleks saat ini.

Kini sebuah inovasi dalam bidang konstruksi lahir. Sistem drywall, hasil karya kajian Ir Sulistyana MT,


Progres hari kedua
mulai diperkenalkan di Batam. Dengan sistem "cetak kering" itu, kini cara membangun rumah menjadi lebih simpel, cepat dan manajemen proyek pun lebih terkalkulasi akurat dari awal. Semua itu pada akhirnya berdampak pada pengehematan biaya, bahkan hingga 50 persen. Rumah pun berdiri cepat dan biaya murah.

Dengan sitem drywall, membangun rumah bisa dikerjakan dalam waktu 10 hari. Mulai dari pembuatan pondasi, pembuatan dinding, pembuatan atap, hingga siap finishing.



progres hari ketiga
Sistem drywall diperkenalkan oleh penemunya, Ir Sulistyana MT, lebih fokus bagi pembangunan rumah sehat sederhana. Itu sekaligus untuk mengurai persoalan yang selama ini dihadapi bagi warga kalangan bawah.

Sulistyana memulainya dengan membuat rumah contoh di lahan relokasi bagi warga ruli (rumah liar), atau di lokasi Kapling Siap Bangun (KSB)--yang memang telah dialokasikan oleh otorita Batam atau
progres hari keempat
Pemko Batam.Rumah contoh dibuat sekaligus sebagai pembuktian, bahwa karyanya bukanlah hasil karya ilmiah yang hanya sahih secara teori.

 Akan tetapi hasil inivasi itu juga benar-benar aplikatif dan bisa diwujudkan guna menjawab persoalan yang ada selama ini.

Sungguh luar biasa! Dalam waktu singkat, rumah sederhana berdiri. Progres hari pertama hingga rumah berdiri bisa dibuktikan di lokasi--dimana untuk pertama kalinya dilakukannya di wilayah Tiban 1, Sekupang, Batam.
Progres hari kelima


Apresiasi dan tanggapan dari warga sekitar pun menyeruak. Tak heran bila saat ini, banyak warga kalangan biasa telah berminat dan memesan untuk dibuatkan rumah dengan sistem ini. Bisa dimengerti, sebab sistem drywall seakan menjawab apa yang menjadi problem umum masyarakat bawah.

Selama ini untuk bisa kredit rumah (KPR) mereka kerap terganjal dengan persyaratan perbankan--yang bagi mereka tentu cukup rumit. Bukan saja persyaratan administratif--seperti harus



Progres hari keenam, dinding siap

ada slip gaji atau KTP, atau bukti-bukti lain, jaminan kemampuan mereka kerap menjadi pertimbangan bank sebelum akhirnya urung mengabulkan kredit.

Hal lain yang prinsipiil, mereka pun harus mengangsur 10-15 tahun dengan suku bunga sangat tinggi. Dengan pendapatan yang tidak menentu, manalah mungkin jika harga rumah pun selangit. 




Progres hari ketujuh, siap buat gunungan

Beruntung yang masih ada saudara atau penjamin, yang akhirnya bisa teken KPR untuk bisa ngangsur belasan tahun. Bagi yang macet, bisa-bisa akhirnya rumah disita lagi oleh bank. Sungguh tak adil. 

Alternatif solusi
Inovasi yang ditawarkan Ir Sulistyana sungguh menjadi alternatif semua itu. Dengan syarat ada kemauan, tentu impian warga memiliki rumah bisa menjadi kenyataan.

Budaya gotong royong menjadi ciri khas masyarakat kita. Untuk membuat rumah dengan cara ini pun bisa dilakukan dengan cara bergotong royong bergantian--misalnya dengan arisan.

 Atau bisa juga dengan sistem mencicil menyediakan sendiri material, mulai pasir, semen, hingga kusen-kusen sebagaimana user mampu dan suka. Jika sudah memadahi, tinggal panggil pimpinan proyek, pembuatan rumah pun dimulai.

Ongkos sosial
Sistem drywall sendiri pada intinya membuat rumah dengan sistem cetak. Dengan cetakan yang sudah disiapkan sesuai keinginan bentuk dan ukuran bangunan, maka pembangunan rumah dalam waktu singkat bisa dikerjakan.

Soal kualitas tak perlu diragukan sebab semua dengan penelitian dan kajian ilmiah melalui laboratorium bangunan di kampus. Ir Sulistyana MT sendiri merupakan lulusan S2 dari Undip Semarang, dimana hasil karya drywall ini bahkan akan disajikan sebagai karya studi S3-nya.

Saya termasuk orang yang salut dengan karya tersebut. Ke depan, tentu sistem drywall akan menjadi solusi murah bagi penanganan masalah pemukiman warga kalangan bawah. Ruli yang marak di Batam, maupun yang menjadi fenomena umum di kota-kota besar, bisa lebih tertangani.

Ongkos sosial pembangunan biasa cukup melambung ketika harus diwarnai dengan upaya relokasi penghuni liar. Belum lagi soal penanganan aksi-aksi warga, situasi politik di suatu daerah kerap kian membuat keruh dan runyam suasana. Semoga lahirnya drywall bisa menjadi solusi bagi masalah pemukiman. Bahkan tidak saja untuk kalangan bawah, developer untuk strata middle pun bukan tak mungkin akan melirik sistem ini. Yah, selain murah, sistem ini juga lebih cepat.(*)

***
 Tulisan ini semata-mata mengapresiasi sebuah hasil karya inovasi, yang semoga bisa memecah kebuntuan sekaligus memberi solusi umum bidang perumahan, khususnya untuk kalangan bawah. 
Bagi yang tertarik dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang inovasi ini, bisa call kami. Untuk selanjutnya saya sampaikan ke yang berkompeten. Trimakasih

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top