(Catatan Pemilu Legislatif 2014)



Pencoblosan pemilu legislatif pada 9 April 2014 telah selesai dilakukan. Hasilnya pun telah diketahui, bahwa PDI-Perjuangan keluar sebagai jawara dengan angka berkisar 19 persen, disusul Golkar 14 persen, Gerindra 11 persen dan partai-partai lain yang hanya mendapatkan suara satu digit alias kurang dari 10 persen.

Banyak partai yang dengan optimisme tinggi meraup suara, nyatanya gembos. Ada pula ambisi tokoh partai yang seakan-akan mampu meruntuhkan partai lain, nyatanya tak ngefek apapun-- apalagi ngangkat suara partainya. Bisik-bisik, mungkin ini adu strategi: lumrah ada yang sukses ada juga yang salah trik dan salah kebijakan.

Rakyat sedang punya kuasa. Rakyat berhak menentukan berdasarkan hati nurani. Mereka (termasuk saya), pun tak segan-segan memberikan hukuman bagi partai atau caleg yang tidak terpercaya.  Klaim diri seorang tokoh partai politik jelaslah sumir. Mereka kadang kurang berkaca, bahwa dirinya tak layak jual tapi tetap memaksakan. Mungkin juga mereka sedang silau dengan ambisi pribadi.

Suara rakyatlah-- yang pasti, suara Tuhan! Rakyat berhak mencari gantungan harapan. Rakyat juga berhak menerawang partai dan calon-calon legislatif mana yang layak diberikan amanah. Tak gampang mendikte rakyat yang kini semakin cerdas. Pun, mereka tak akan silau hanya karena gelontoran materi atau karena bagi-bagi uang.
***
Kemenangan PDI-Perjuangan membuka lembaran asa rakyat Indonesia. Kemunculan Jokowi sebagai calon presiden juga memberikan harapan baru, akan terbit Indonesia Baru.

Penampilan Jokowi, si anak tukang kayu--begitu Jokowi menyebut dirinya--, memberikan pembeda. Gayanya yang apa adanya dan tidak neko-neko bisa jadi menjadi oase bagi rakyat yang jenuh dan bosan dengan gaya-gaya pemimpin yang mriyayi, elitis, mengandalkan jaga imej, bahkan kurang merakyat.

Jokowi effect sedikit banyak memberikan andil dalam kemenangan partai berlambang banteng moncong putih itu,--meskipun statusnya sebagai oposisi memang lebih menguntungkannya dibandingkan partai-partai penguasa. Capek jika harus debat seberapa besar Jokowi effect, tetapi semua bakal teruji dalam pemilu presiden mendatang, karena saat itulah magnet daya tarik Jokowi bakal diketahui.

Harus diakui perjuangan Jokowi membawa amanah partai dan aspirsi sebagian rakyat Indonesia tidaklah ringan ke depan. Ada saja pihak-pihak atau tokoh yang tak sepenuhnya menerima kekalahan. Dengan berbagai isu, mungkin saja dihembuskan, yang intinya masih banyak celah temabkan untuk menggembosi Jokowi.

Istilah psikologi dengan merasionalisasi, masih kerap terdengar dalam berita-berita terutama televisi tertentu, atas hasil pencapaian PDI-Perjuangan dan Jokowi-nya. Yah, mungkin ingin menutupi kelahan tapi dengan cara rasional--meskipun itu tak populer bahkan harus menyudutkan pihak lawan. Mungkin ada yang risih juga saat mendengarkannya.

Misalnya aja: pencapaian 19 persen PDI-P masih dikalahkan suara Golput yang mencapai 34 persen. Atau Jokowi effect belum relevan karena suara PDIP hanya merangkak 5 persen dari Pemilu 2009 silam--yang mendapatkan 14 persen suara. Tapi itulah politik. Ranah asumsi dan pencitraan kadang dimainkan guna menutup fakta riil yang sebenarnya lebih gampang dinalar semua orang.

Yah, bukankah yang masuk "golput" sebenarnya banyak juga yang ingin memilih, sebab mereka tidak bisa memilih justru karena belepotannya DPT olah KPU? Bukankah yang "golput" sebenarnya bisa saja menambah suara PDI-P atau Jokowi jika terpenuhinya hak memilih? Pola pikir yang ini kadang terkesampingkan, karena--itu tadi--intinya hanya ingin mengecilkan kemenangan orang lain, sekaligus "meringankan kesedihan" sebagai pecundang!
***
Perjuangan belum usai. Kita pun sebagai rakyat masih menunggu bagaimana partai dan tokoh- tokoh (caleg) terpilih mampu menjaga amanah dan kepercayaan rakyat. Mereka yang dalam kampanye banyak memberikan harapan baru, semoga saja tidak lupa dan tetap teguh pada komitmennya.

Mereka memang harus sadar, sekarang sedang diberikan jalan lapang. Jangan salahkan rakyat jika kemudian, giliran merekalah yang akan dihukum oleh rakyat.

Pertarungan tahap berikutnya memang sedang digodok barisan Jokowi guna memenangkan pilpres pada 9 Juli nanti. Seberapa besar rakyat menggantungkan harapan kepada mantan walikota Solo itu? Tentu semua masih kita tuggu.(*)

* Foto: The Jakarta Post


0 komentar:

Posting Komentar

 
Top